eradt.com – Cloud gaming menjadi salah satu terobosan paling signifikan dalam industri gim digital. Berkat kemajuan teknologi komputasi awan, kini pengguna tidak lagi memerlukan perangkat keras kelas atas untuk memainkan game berat. Cukup dengan koneksi internet yang stabil, game kelas AAA dapat dijalankan langsung melalui server cloud dan di-stream ke perangkat seperti smartphone, laptop, atau smart TV.
Platform seperti NVIDIA GeForce NOW, Xbox Cloud Gaming, dan Google Stadia (meski sudah dihentikan), menunjukkan bagaimana infrastruktur cloud bisa mengubah cara kita menikmati gim. Server cloud menangani pemrosesan grafis dan logika gim, sementara pengguna hanya menerima hasil visual yang ditampilkan secara real-time. Ini sangat menurunkan hambatan finansial dan teknis bagi gamer kasual maupun hardcore.
Menurut laporan dari Grand View Research, pasar cloud gaming diperkirakan akan tumbuh lebih dari 45% per tahun hingga 2030. Hal ini didorong oleh meningkatnya permintaan gim imersif serta adopsi 5G yang membuat latensi semakin rendah.
Namun, tantangan cloud gaming tetap ada. Isu utama seperti keterlambatan respons (lag), kualitas grafis yang tergantung koneksi internet, dan ketersediaan server lokal masih menjadi hambatan di beberapa wilayah, termasuk Indonesia. Meski begitu, perusahaan seperti Telkom dan XL Axiata sudah mulai menguji layanan edge computing untuk mengatasi masalah ini.
Cloud gaming menunjukkan bagaimana cloud computing tidak hanya terbatas pada penyimpanan data atau layanan perusahaan, tapi juga bisa mentransformasi hiburan digital secara luas. Dengan infrastruktur yang terus membaik, cloud gaming siap menjadi wajah baru industri game global.